best i ever write
but it's not so bad ...these only the best i ever had
Selasa, 29 November 2011
Rabu, 30 Maret 2011
PREDIKAT SEBAGAI TUAN RUMAH [lomba karya tulis SINDO]
PREDIKAT TUAN RUMAH PADA SEA GAMES XXVI
Oleh:aprillianti setia wati siallagan
Palembang siap untuk berbenah agar predikat sebagai tuan rumah tidak menjadi singgungan nanti nya bagi para tamu yang berkunjung .
masih banyak tempat-tempat wisata yang harus diperbaiki, karena selama ini keadaan tempat-temapt wisata di Palembang memiliki infrastruktur yang kurang memadai.
Sebagai tuan rumah SEA Games 2011, Palembang pasti akan didatangi ribuan orang. Mereka tidak hanya atlet, pelatih, wartawan, dan delegasi dari 11 negara peserta, tetapi juga para suporter.
Mereka pasti membutuhkan lokasi untuk berwisata.
Obyek yang kerap dikunjungi wisatawan sekarang sangat bervariasi. Ada yang ingin menikmati keindahan panorama, tetapi ada pula yang lebih menyukai wisata sejarah. Bahkan, dari kegiatan tersebut selalu menyatu dengan kuliner dan belanja.Itu berarti, pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat Palembang perlu mengantisipasi dan menyiapkan berbagai kebutuhan wisatawan tersebut. Misalnya, membenahi obyek wisata, membangun jaringan infrastruktur menuju ke lokasi wisata, dan menyiapkan berbagai kebutuhan, seperti kuliner dan suvenir, di lokasi wisata sehingga waktu kunjung wisatawan menjadi lebih lama dan mengeluarkan biaya yang lebih banyak.Selama ini Palembang sebenarnya memiliki obyek wisata yang beragam. Potensi yang dimiliki antara lain wisata sejarah budaya, wisata kuliner, wisata pemandangan, wisata agro, wisata belanja, dan taman kota.Namun, tidak semua tempat tujuan wisata digarap dengan baik dan profesional. Itu sebabnya, jumlah wisatawan asing dan domestik yang mengunjungi obyek wisata.
Kendala pengembangan tempat wisata ini tak sebatas pada infrastruktur, tetapi juga di dalam kawasan Pulau Kemaro pun belum dikelola optimal. Di sana hanya tersedia warung kecil yang menawarkan mi rebus dan minuman ringan. Tidak tersedia pula suvenir yang khas Pulau Kemaro. Padahal, banyak wisatawan yang sehabis berkunjung ke lokasi itu ingin membeli sejumlah barang yang nantinya dibawa ke tempat asal sebagai kenang-kenangan yang bersangkutan dari pulau pagoda Hok Tjing Bio tersebut.
Pada dasarnya, pemegang kebijakan serta pelaku pariwisata perlu melakukan berbagai upaya untuk membenahi sektor pariwisata dalam menyambut kedatangan wisatawan mancanegara ke Palembang selama SEA Games 2011. Tentunya, langkah ini juga harus diarahkan untuk membuat wisatawan merasa betah.
Namun, yang terpenting lagi pemerintah daerah perlu menyiapkan brosur yang berisi informasi yang lengkap tentang obyek, lokasi wisata, serta lainnya guna dibagikan kepada wisatawan yang datang ke Palembang selama SEA Games 2011. Buku panduan tersebut pasti memberi manfaat besar.
saat ini Palembang terus mempercepat persiapan baik dari segi pembangunan fisik berupa sarana olahraga maupun persoalan teknis lainnya. Muddai menjamin, pada saatnya nanti Palembang akan menjadi venue olahraga dan rekreasi yang layak dilirik masyarakat Asia Tenggara.
Perjuangan serta perencanaan yang dimaksud bukan hanya sebatas loby loby ataupun permintaan pemerintah Sumatera Selatan agar perhelatan akbar Asia Tenggara itu digelar di Palembang. Tapi perjuangan dan perencanaan dalam arti kata mempersiapkan sarana dan prasarana infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah daerahnya.
Penunjukkan ini sudah melalui pertimbangan yang matang, karena sejak awalpun Palembang dianggap kota yang mampu dan paling siap untuk menyelenggarakan perhelatan itu. Karena dukungan pemerintah daerahnya cukup kental dalam mendukung kegiatan olah raga di daerahnya.
Kalau berbicara tentang dukungan kepala daerah dan dana semua ini memang tidak terlepas dari kebijakan seorang kepala daerah. Di Indonesia jumlah kepala daerah yang mempunyai political will yang serius terhadap olah raga masih dapat dihitung dengan jari. Pada hal prestasi olah raga dapat mengangkat marwah dan martabat daerah. Namun semua ini belum menjadi perhatian serius bagi kepala daerah yang tidak mempunyai political will terhadap olah raga.
Tentu timbul pertanyaan kita. Begitu sulitkah untuk memajukan olah raga di daerah? Tentu jawabnya tidak, asalkan ada komitmen dari kepala daerah dengan para pengurus cabang olah raga yang ada di daerah beserta masyarakatnya untuk memajukan olah raga.
Setiap daerah mempunyai dana untuk memajukan olah raga. Bukankah setiap daerah menganggarkan dana untuk kegiatan olah raga melalui APBD dan bantuan APBN pusat. Jika seluruh bantuan dana ini disalurkan secara benar ke dalam bidang olah raga tentu setiap daerah akan dapat meningkatkan dan memajukan kegiatan olah raga di daerahnya.
Akan tetapi yang terjadi bukan demikian. Bantuan dana olah raga yang seharusnya diperuntukkan bagi kegiatan olah raga itu malah disunat oleh pemerintah daerah dan para pengurus cabang olah raga itu sendiri. Akibatnya daerah kesulitan untuk menciptakan atlit-atlit yang berprestasi di mata dunia. Dan kalaupun ada, jumlahnya seribu dibanding satu.
Menjadi tuan rumah sebuah even bertaraf nasional dan internasional tidak saja perlu dukungan pemerintah daerah dan masyarakatnya. Tapi juga menyangkut dukungan dana untuk membangun dan sekaligus memelihara sarana dan prasarana infrastruktur olah raga dan juga sarana akomodasi dan transportasi.
Oleh:aprillianti setia wati siallagan
Palembang siap untuk berbenah agar predikat sebagai tuan rumah tidak menjadi singgungan nanti nya bagi para tamu yang berkunjung .
masih banyak tempat-tempat wisata yang harus diperbaiki, karena selama ini keadaan tempat-temapt wisata di Palembang memiliki infrastruktur yang kurang memadai.
Sebagai tuan rumah SEA Games 2011, Palembang pasti akan didatangi ribuan orang. Mereka tidak hanya atlet, pelatih, wartawan, dan delegasi dari 11 negara peserta, tetapi juga para suporter.
Mereka pasti membutuhkan lokasi untuk berwisata.
Obyek yang kerap dikunjungi wisatawan sekarang sangat bervariasi. Ada yang ingin menikmati keindahan panorama, tetapi ada pula yang lebih menyukai wisata sejarah. Bahkan, dari kegiatan tersebut selalu menyatu dengan kuliner dan belanja.Itu berarti, pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat Palembang perlu mengantisipasi dan menyiapkan berbagai kebutuhan wisatawan tersebut. Misalnya, membenahi obyek wisata, membangun jaringan infrastruktur menuju ke lokasi wisata, dan menyiapkan berbagai kebutuhan, seperti kuliner dan suvenir, di lokasi wisata sehingga waktu kunjung wisatawan menjadi lebih lama dan mengeluarkan biaya yang lebih banyak.Selama ini Palembang sebenarnya memiliki obyek wisata yang beragam. Potensi yang dimiliki antara lain wisata sejarah budaya, wisata kuliner, wisata pemandangan, wisata agro, wisata belanja, dan taman kota.Namun, tidak semua tempat tujuan wisata digarap dengan baik dan profesional. Itu sebabnya, jumlah wisatawan asing dan domestik yang mengunjungi obyek wisata.
Kendala pengembangan tempat wisata ini tak sebatas pada infrastruktur, tetapi juga di dalam kawasan Pulau Kemaro pun belum dikelola optimal. Di sana hanya tersedia warung kecil yang menawarkan mi rebus dan minuman ringan. Tidak tersedia pula suvenir yang khas Pulau Kemaro. Padahal, banyak wisatawan yang sehabis berkunjung ke lokasi itu ingin membeli sejumlah barang yang nantinya dibawa ke tempat asal sebagai kenang-kenangan yang bersangkutan dari pulau pagoda Hok Tjing Bio tersebut.
Pada dasarnya, pemegang kebijakan serta pelaku pariwisata perlu melakukan berbagai upaya untuk membenahi sektor pariwisata dalam menyambut kedatangan wisatawan mancanegara ke Palembang selama SEA Games 2011. Tentunya, langkah ini juga harus diarahkan untuk membuat wisatawan merasa betah.
Namun, yang terpenting lagi pemerintah daerah perlu menyiapkan brosur yang berisi informasi yang lengkap tentang obyek, lokasi wisata, serta lainnya guna dibagikan kepada wisatawan yang datang ke Palembang selama SEA Games 2011. Buku panduan tersebut pasti memberi manfaat besar.
saat ini Palembang terus mempercepat persiapan baik dari segi pembangunan fisik berupa sarana olahraga maupun persoalan teknis lainnya. Muddai menjamin, pada saatnya nanti Palembang akan menjadi venue olahraga dan rekreasi yang layak dilirik masyarakat Asia Tenggara.
Perjuangan serta perencanaan yang dimaksud bukan hanya sebatas loby loby ataupun permintaan pemerintah Sumatera Selatan agar perhelatan akbar Asia Tenggara itu digelar di Palembang. Tapi perjuangan dan perencanaan dalam arti kata mempersiapkan sarana dan prasarana infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah daerahnya.
Penunjukkan ini sudah melalui pertimbangan yang matang, karena sejak awalpun Palembang dianggap kota yang mampu dan paling siap untuk menyelenggarakan perhelatan itu. Karena dukungan pemerintah daerahnya cukup kental dalam mendukung kegiatan olah raga di daerahnya.
Kalau berbicara tentang dukungan kepala daerah dan dana semua ini memang tidak terlepas dari kebijakan seorang kepala daerah. Di Indonesia jumlah kepala daerah yang mempunyai political will yang serius terhadap olah raga masih dapat dihitung dengan jari. Pada hal prestasi olah raga dapat mengangkat marwah dan martabat daerah. Namun semua ini belum menjadi perhatian serius bagi kepala daerah yang tidak mempunyai political will terhadap olah raga.
Tentu timbul pertanyaan kita. Begitu sulitkah untuk memajukan olah raga di daerah? Tentu jawabnya tidak, asalkan ada komitmen dari kepala daerah dengan para pengurus cabang olah raga yang ada di daerah beserta masyarakatnya untuk memajukan olah raga.
Setiap daerah mempunyai dana untuk memajukan olah raga. Bukankah setiap daerah menganggarkan dana untuk kegiatan olah raga melalui APBD dan bantuan APBN pusat. Jika seluruh bantuan dana ini disalurkan secara benar ke dalam bidang olah raga tentu setiap daerah akan dapat meningkatkan dan memajukan kegiatan olah raga di daerahnya.
Akan tetapi yang terjadi bukan demikian. Bantuan dana olah raga yang seharusnya diperuntukkan bagi kegiatan olah raga itu malah disunat oleh pemerintah daerah dan para pengurus cabang olah raga itu sendiri. Akibatnya daerah kesulitan untuk menciptakan atlit-atlit yang berprestasi di mata dunia. Dan kalaupun ada, jumlahnya seribu dibanding satu.
Menjadi tuan rumah sebuah even bertaraf nasional dan internasional tidak saja perlu dukungan pemerintah daerah dan masyarakatnya. Tapi juga menyangkut dukungan dana untuk membangun dan sekaligus memelihara sarana dan prasarana infrastruktur olah raga dan juga sarana akomodasi dan transportasi.
Sabtu, 19 Maret 2011
sejarah oku-history o oku
Sejarah OKU
Nama Kabupaten Ogan Komering Ulu diambil dari nama dua sungai besar yang melintasi dan mengalir di sepanjang wilayah kabupaten OKU, yaitu sungai Ogan dan Sungai Komering. Berdasarkan sejarah, sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Nomor 9 Tahun 1997 tanggal 20 Januari 1997, Tahun 1878 ditetapkan sebagai tahun kelahiran nama Ogan Komering Ulu. Sedangkan berdasarkan peraturan perundang-undangan, Kabupaten Ogan Komering Ulu terbentuk dengan keluarnya Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembubaran Negara Bagian Sumatera Selatan dan Peraturan Pemerintah Penganti Undang-undang Darurat Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Sumatera Selatan menjadi Propinsi didalam Negara Republik Indonesia.
Selanjutnya melalui Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor GB/100/1950 tanggal 20 Maret 1950, ditetapkan batas-batas wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu dengan ibu kota kabupaten di Baturaja. Sejalan dengan Undang-undang Darurat Nomor 4 Tahun 1956 yang diperkuat dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Kotapraja di Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821), Kabupaten Ogan Komering Ulu menjadi daerah otonom yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Sesuai dengan semangat Otonomi Daerah, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan dan Kabupaten Ogan Ilir di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4347), pada tahun 2003 Kabupaten OKU resmi dimekarkan menjadi 3 (tiga) Kabupaten, yakni (1) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKU TIMUR) dengan Ibukota Martapura; (2) Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKU SELATAN) dengan Ibukota Muaradua dan (3) Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) dengan Ibukota Baturaja.
BUPATI KABUPATEN OKU TAHUN 1949 - SEKARANGNo Nama Masa Jabatan
1. M. Said 1949 – 1950
2. Nawawi 1950 – 1952
3. Aziz 1952 – 1954
4. Mustofa 1954 – 1956
5. Saleh 1956 – 1958
6. Harum 1958 – 1962
7. Usman Raden Mangku 1962 – 1963
8. Rusman Effendi Rustam 1963 – 1968
9. M. Muhammad Muslimin 1968 – 1979
10. HM. Saleh Hasan, SH. 1979 – 1989
11. Drs. H. Mulkan Aziman 1989 – 1994
12. Amiruddin Ibrahim 1994 – 1999
13. H. Rosihan Arsyad 1999 – 2000
14. Ir. Syahrial Oesman, MM.2000 – 2002
15. Eddy Yusuf, SH., MM. 2002 – 2008
15. Drs. Yulius Nawawi 2008 s/d Sekarang
Ogan Komering Ulu name taken from the names of two great rivers that flow across and along the boundaries of districts OKU, namely rivers Ogan and Komering River. Based on history, in accordance with the agreements set forth in Local Rule Ogan Komering Ulu No. 9 of 1997 dated January 20, 1997, the Year 1878 designated as Year of birth name Ogan Komering Ulu. While based on legislation, Ogan Komering Ulu formed with the release of Law No. 11 Year 1950 about the dissolution of the State of South Sumatra and Government Regulation Penganti Emergency Law No. 3 Year 1950 about Formation of the South Sumatra Province in the Republic of Indonesia .
Furthermore, through the South Sumatra Governor Decree Number GB/100/1950 dated March 20, 1950, defined the boundaries of the region Ogan Komering Ulu with Baturaja districts in the capital.In line with the Emergency Law No. 4 of 1956 which strengthened the Law of the Republic of Indonesia Number 28 Year 1959 on the Establishment of Level II Regional Municipality in South Sumatra (State Gazette of the Republic of Indonesia Year 1959 Number 73. Gazette of the Republic of Indonesia Number 1821), Ogan Komering Ulu become autonomous areas have the right to organize and manage his own household.
In accordance with the spirit of regional autonomy, based on the Law of the Republic of Indonesia Number 37 Year 2003 on the Establishment of the East Ogan Komering Ulu, Ogan Komering South Ulu and Ogan Ilir in South Sumatra Province (State Gazette of the Republic of Indonesia Year 2003 Number 152, SupplementRepublic of Indonesia Number 4347), in the year 2003 OKU Regency officially separated into 3 (three) District, namely (1) East Ogan Komering Ulu (OKU EAST) with the Capital Martapura; (2) South Ogan Komering Ulu (OKU SOUTH) with Muaradua capitals and (3) Ogan Komering Ulu (OKU) with Capital Baturaja.
REGENCY REGENT OKU YEAR 1949 - SEKARANGNo Term Name
1. M. Said 1949 - 1950
2. Nawawi 1950 - 1952
3. Aziz 1952 - 1954
4. Mustofa 1954 - 1956
5. Saleh 1956 - 1958
6. Harum 1958 - 1962
7. Raden Usman Mangku 1962 - 1963
8. Rustam Effendi Rusman 1963 - 1968
9. M. Muhammad Muslims 1968 - 1979
10. HM. Saleh Hasan, SH. 1979 - 1989
11. Drs. H. Aziman Mulkan 1989 - 1994
12. Amiruddin Ibrahim 1994 - 1999
13. H. Rosihan Arsyad 1999 - 2000
14. Ir. Syahrial Oesman, MM.2000 - 2002
15. Eddy Yusuf, SH., MM. 2002 - 2008
15. Drs. Julius Nawawi 2008 s / d Now
Secara bebas Sebimbing dapat diartikan berjalan bersama dengan selalu bergandengan tangan dan Sekundang dapat diartikan kebersamaan yang kental dan kuat sesama kawan ( ada bahasa daerah yang mengartikan satu ibu ). Jadi sebimbing sekundang dapat diartikan sebagai jalinan persahabatan, kekeluargaan dan kebersamaan yang erat satu sama lain dalam keadaan apapun untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Pada masa sebelum Pemerintahan Kolonial Belanda, wilayah Ogan Komering Ulu masih tergabung pada Kesultanan Palembang dan terdiri dari beberapa marga yang masing-masing marga dikepalai oleh seorang Pesirah, Adipati atau Depati, sehingga sistem pemerintahan yang dianut pada masa itu disebut Pemerintahan Marga. "...Suku asli yaitu Ogan (sekitar Sungai Ogan), Komering (sekitar Sungai Komering) dan Daya (sekitar daerah Lengkiti), Kabupaten Ogan Komering Ulu memiliki keberagaman budaya, adat istiadat dan bahasa. Bahkan bahasa dan gaya bicara antara satu desa dengan lainnya juga berbeda. Seni budaya dan adat istiadat yang masih dan terus dilestarikan antara lain tari tradisional dan tembang daerah, sulam-sulaman, anyaman, adat istiadat meminang, prosesi pernikahan dan prosesi penyambutan tamu kehormatan
Sebimbing can be interpreted freely by always walking together holding hands and can be interpreted Sekundang thick and strong togetherness fellow comrades (there are regional languages which defines one's mother). So sebimbing sekundang can be interpreted as friendship, kinship and togetherness that close to one another in any circumstances to achieve a common goal.
In the days before the Dutch Colonial Government, Ogan Komering Ulu area is still incorporated in the Sultanate of Palembang and consists of several clans, each clan is headed by a Pesirah, Duke or Depati, so that the system of government adopted at that time called the Government Marga. "... The original tribe of Ogan (approximately River Ogan), Komering (approximately River Komering) and Power (Lengkiti area), Ogan Komering Ulu has cultural diversity, customs and language. Even the language and speaking style between one village others are also different. Art culture and customs that are still and continue to be conserved among other local traditional dance and songs, embroidery, needlepoint, woven, hand in marriage customs, the wedding procession and the procession welcoming the guest of honor
ini situs resmi nyaa :)
Nama Kabupaten Ogan Komering Ulu diambil dari nama dua sungai besar yang melintasi dan mengalir di sepanjang wilayah kabupaten OKU, yaitu sungai Ogan dan Sungai Komering. Berdasarkan sejarah, sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Nomor 9 Tahun 1997 tanggal 20 Januari 1997, Tahun 1878 ditetapkan sebagai tahun kelahiran nama Ogan Komering Ulu. Sedangkan berdasarkan peraturan perundang-undangan, Kabupaten Ogan Komering Ulu terbentuk dengan keluarnya Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembubaran Negara Bagian Sumatera Selatan dan Peraturan Pemerintah Penganti Undang-undang Darurat Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Sumatera Selatan menjadi Propinsi didalam Negara Republik Indonesia.
Selanjutnya melalui Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor GB/100/1950 tanggal 20 Maret 1950, ditetapkan batas-batas wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu dengan ibu kota kabupaten di Baturaja. Sejalan dengan Undang-undang Darurat Nomor 4 Tahun 1956 yang diperkuat dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Kotapraja di Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821), Kabupaten Ogan Komering Ulu menjadi daerah otonom yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Sesuai dengan semangat Otonomi Daerah, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan dan Kabupaten Ogan Ilir di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4347), pada tahun 2003 Kabupaten OKU resmi dimekarkan menjadi 3 (tiga) Kabupaten, yakni (1) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKU TIMUR) dengan Ibukota Martapura; (2) Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKU SELATAN) dengan Ibukota Muaradua dan (3) Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) dengan Ibukota Baturaja.
BUPATI KABUPATEN OKU TAHUN 1949 - SEKARANGNo Nama Masa Jabatan
1. M. Said 1949 – 1950
2. Nawawi 1950 – 1952
3. Aziz 1952 – 1954
4. Mustofa 1954 – 1956
5. Saleh 1956 – 1958
6. Harum 1958 – 1962
7. Usman Raden Mangku 1962 – 1963
8. Rusman Effendi Rustam 1963 – 1968
9. M. Muhammad Muslimin 1968 – 1979
10. HM. Saleh Hasan, SH. 1979 – 1989
11. Drs. H. Mulkan Aziman 1989 – 1994
12. Amiruddin Ibrahim 1994 – 1999
13. H. Rosihan Arsyad 1999 – 2000
14. Ir. Syahrial Oesman, MM.2000 – 2002
15. Eddy Yusuf, SH., MM. 2002 – 2008
15. Drs. Yulius Nawawi 2008 s/d Sekarang
Ogan Komering Ulu name taken from the names of two great rivers that flow across and along the boundaries of districts OKU, namely rivers Ogan and Komering River. Based on history, in accordance with the agreements set forth in Local Rule Ogan Komering Ulu No. 9 of 1997 dated January 20, 1997, the Year 1878 designated as Year of birth name Ogan Komering Ulu. While based on legislation, Ogan Komering Ulu formed with the release of Law No. 11 Year 1950 about the dissolution of the State of South Sumatra and Government Regulation Penganti Emergency Law No. 3 Year 1950 about Formation of the South Sumatra Province in the Republic of Indonesia .
Furthermore, through the South Sumatra Governor Decree Number GB/100/1950 dated March 20, 1950, defined the boundaries of the region Ogan Komering Ulu with Baturaja districts in the capital.In line with the Emergency Law No. 4 of 1956 which strengthened the Law of the Republic of Indonesia Number 28 Year 1959 on the Establishment of Level II Regional Municipality in South Sumatra (State Gazette of the Republic of Indonesia Year 1959 Number 73. Gazette of the Republic of Indonesia Number 1821), Ogan Komering Ulu become autonomous areas have the right to organize and manage his own household.
In accordance with the spirit of regional autonomy, based on the Law of the Republic of Indonesia Number 37 Year 2003 on the Establishment of the East Ogan Komering Ulu, Ogan Komering South Ulu and Ogan Ilir in South Sumatra Province (State Gazette of the Republic of Indonesia Year 2003 Number 152, SupplementRepublic of Indonesia Number 4347), in the year 2003 OKU Regency officially separated into 3 (three) District, namely (1) East Ogan Komering Ulu (OKU EAST) with the Capital Martapura; (2) South Ogan Komering Ulu (OKU SOUTH) with Muaradua capitals and (3) Ogan Komering Ulu (OKU) with Capital Baturaja.
REGENCY REGENT OKU YEAR 1949 - SEKARANGNo Term Name
1. M. Said 1949 - 1950
2. Nawawi 1950 - 1952
3. Aziz 1952 - 1954
4. Mustofa 1954 - 1956
5. Saleh 1956 - 1958
6. Harum 1958 - 1962
7. Raden Usman Mangku 1962 - 1963
8. Rustam Effendi Rusman 1963 - 1968
9. M. Muhammad Muslims 1968 - 1979
10. HM. Saleh Hasan, SH. 1979 - 1989
11. Drs. H. Aziman Mulkan 1989 - 1994
12. Amiruddin Ibrahim 1994 - 1999
13. H. Rosihan Arsyad 1999 - 2000
14. Ir. Syahrial Oesman, MM.2000 - 2002
15. Eddy Yusuf, SH., MM. 2002 - 2008
15. Drs. Julius Nawawi 2008 s / d Now
Secara bebas Sebimbing dapat diartikan berjalan bersama dengan selalu bergandengan tangan dan Sekundang dapat diartikan kebersamaan yang kental dan kuat sesama kawan ( ada bahasa daerah yang mengartikan satu ibu ). Jadi sebimbing sekundang dapat diartikan sebagai jalinan persahabatan, kekeluargaan dan kebersamaan yang erat satu sama lain dalam keadaan apapun untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Pada masa sebelum Pemerintahan Kolonial Belanda, wilayah Ogan Komering Ulu masih tergabung pada Kesultanan Palembang dan terdiri dari beberapa marga yang masing-masing marga dikepalai oleh seorang Pesirah, Adipati atau Depati, sehingga sistem pemerintahan yang dianut pada masa itu disebut Pemerintahan Marga. "...Suku asli yaitu Ogan (sekitar Sungai Ogan), Komering (sekitar Sungai Komering) dan Daya (sekitar daerah Lengkiti), Kabupaten Ogan Komering Ulu memiliki keberagaman budaya, adat istiadat dan bahasa. Bahkan bahasa dan gaya bicara antara satu desa dengan lainnya juga berbeda. Seni budaya dan adat istiadat yang masih dan terus dilestarikan antara lain tari tradisional dan tembang daerah, sulam-sulaman, anyaman, adat istiadat meminang, prosesi pernikahan dan prosesi penyambutan tamu kehormatan
Sebimbing can be interpreted freely by always walking together holding hands and can be interpreted Sekundang thick and strong togetherness fellow comrades (there are regional languages which defines one's mother). So sebimbing sekundang can be interpreted as friendship, kinship and togetherness that close to one another in any circumstances to achieve a common goal.
In the days before the Dutch Colonial Government, Ogan Komering Ulu area is still incorporated in the Sultanate of Palembang and consists of several clans, each clan is headed by a Pesirah, Duke or Depati, so that the system of government adopted at that time called the Government Marga. "... The original tribe of Ogan (approximately River Ogan), Komering (approximately River Komering) and Power (Lengkiti area), Ogan Komering Ulu has cultural diversity, customs and language. Even the language and speaking style between one village others are also different. Art culture and customs that are still and continue to be conserved among other local traditional dance and songs, embroidery, needlepoint, woven, hand in marriage customs, the wedding procession and the procession welcoming the guest of honor
ini situs resmi nyaa :)
Jumat, 07 Januari 2011
Life is sick
Life is sick
sometimes i don't know whats happening in my life
everyone saw me different
what ever !
I don't care -..-
life already difficult dont make more difficult
dont justed
said many critics
without gving solution
God
i just can hope to you
sometimes i don't know whats happening in my life
everyone saw me different
what ever !
I don't care -..-
life already difficult dont make more difficult
dont justed
said many critics
without gving solution
God
i just can hope to you
Jumat, 22 Oktober 2010
toyota SEO award
http://toyota.astra.co.id/seoaward2010/wp-content/uploads/2010/09/logo-Toyota-SEO-Award-20101.png
Langganan:
Postingan (Atom)